Sabtu, 15 November 2014

Untuk Orang Yang Aku Kasihi…


Lelah perjalanan panjang ini ku tempuh
Penuh debu yang menempel disetiap peluh
Menelanjangkan kulit dengan tetesan keringat
Nestapa alunkan kegundahan
Damai tak kan pernah datang
Walaupun dalam mimpi yang tak sempurna
Wahai embun malam
Basahilah aku dengan kegelapanmu
Dengan rasa kasih yang penuh damba
Dengan kekaguman yang mengembara
Merasuki relung – relung hati yang tak berujung
Wahai orang yang aku kasihi
Izinkan aku nikmati raut wajahmu
Wajah yang penuh debaran cinta
Meski tak dapat ku jamah dengan jemariku
Namun dapat kurasa dengan debaran kasihmu

Perempuan Berwajah Sendu


Sergah secercah cahaya
Melambungkan angan tak bertepi
Melambung terbang tak bersayap
Empunya sinar mewarnai asa
Dengan degap arah melayang
Menapaki jalan terjal
Menambah nestapa bertubi duka
Indah untuk pecinta
Namun, entah apa permintaan jiwa
Untuk perempuan berwajah sendu
Menunggu 1000 jiwa

REMAN Kimia

Reman Kimia 2009.
Miss masa-masa jadi mahasiswa S1. Meski sering dianggap maru juga oleh beberapa orang. So, nggaak apa-apa. Berarti aku masih keliatan babyface. Yaaa antara babyface sama mugilnya kelewatan. Hehehehe.
Jadi inget pas awal-awal daftar ulang. Kita yang sama-sama belom kenal pake acara SKSD semua.
Dan pertemuan pertama juga nggak bakalan bikin kita jaim untuk mengabadikan foto-foto dilayar kamera handpone.
yang paling ngangenin banget itu
1. praktikum dilab
2. pretes/postes
3. bengong sambil siul kanan kiri untuk nanya jawaban kalo nggak tau
4. zat kimia
5. asdosnya
6. gokil-gokilnya pas praktikum
7. foto-fotonya
8. bude penjaga lab
9. dosen
10. bapak yang diruangan ektraksi air aquades
11. semuanya


ANGIN

Angin
angin selalu bermesraan lewat malam.
kadang gerimis datang untuk bertandang.
hmmm… anggun sekali.
seperti pria india yang gagah berjalan dikepungi rintikan hujan.
hentakan kakinya terdengar sexy, sambil senyum simpul.
melambaikan tangan dengan menggenggam selendang sutra.
oh… begitu yang terasa.
sayangnya, angin malam ini sedang tak ingin bercerita.
tapi aku terlalu sibuk mencengkramnya untuk ku peluk.
aku hanya seorang gadis yang merasa belia.
namun entah apa, kapan, dan kemana.


SANG HAMPA

Aku terlalu kaku pada musim yang selalu kemarau.
Hingga mengeluarkan asap dan dihempas pada batuan hitam yang agak panas.
Mengerikan bukan…
Ini rasanya menjadi aku yang tak pernah mereka sukai.
Inilah jadi aku yang mengemis pada pancaran matamu.
Inilah aku yang seharusnya sadar diri.
Inilah aku yang selalu betah untuk menjadi orang bodoh didekatmu.
Iya„,
Aku sang hampa.
Takkan pernah menetas pada zaman yang telah kau campakkan.
Aku ialah aku yang hampa.
Bersama keheningan.
Bersama kekeringan.
@silfiadasmir

Member Alaiyers

Tiba-tiba aku teringat masa-masa itu. Masa-masa dimana aku bersama teman satu universitas menjalankan tugas kuliah yaitu kuliah kerja nyata. Saat itu kami mendapat tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota yang ramai. Desas desusnya daerah yang akan kami tempati itu sangatlah mistik. Kami semakin bertanya-tanya. “Apa iya?”
Saat itu aku bertanya kepada bang edu yang tidak lain adalah seorang anak MAPALA diuniversitasku. Dia menyarankan untuk berhati-hati dan kalau bisa kamu pindah aja deh ketempat lain. Aku semakin yakin bahwa tempat yang akan aku datangi bersama teman-temanku adalah tempat yang menjadi tantangan dan pengalaman yang sangat menarik, meskipun ketakutan menghantui. 
Hari yang ditunggu-tunggu itupun telah tiba. Akhirnya kami sampai dengan capeknya di posko 16 (nama kelompok). Pertama dalam hayalan posko yang akan kami tempati adalah sebuah rumah warga yang tidak berpenghuni. Namun ternyata posko yang kami tempati itu adalah sebuah GOR tempat bermain bulu tangkis yang sering disebut dengan rumah gedag. Rumah gedag ini memiliki banyak fungsi yaitu tempat acara pernikahan dimana terdapat panggung sebagai tempat singgasana para mempelai yang menikah, sebagai tempat berkumpulnya warga disetiap ada acara adat, acara hari raya, dan lain-lain.
Tempat yang kami huni bukanlah dilapangannya melainkan dibagian belakang yang disekat. Cukup luas dan kami menyukainya meskipun kami tidak mengenal yang namanya kamar. Ahhh aku senang tapinya. 
Kami bahagia karena suasanya sangat sejuk, sama seperti di kayu aro kerinci atau daerah puncak bogor. Semua beban proposal skripsi waktu itu lenyap dengan sendirinya. Kami menyebutnya dengan nama LIBURAN ALAYERS. 
Pemandangan didaerah itu sangat asri dan menyejukkan. Pekerjaan para penduduk desa pada umumnya adalah bertani. Mulai dari kentang, sayuran, cabai, bawang, dan buah-buahan kecuali bertnam padi. Panoramanya juga menambah keceriaan kami. Seperti sisuguhkan pergunungan, air hangat, danau, perkebunan dan keikutsertaan kami dalam menanam dan memanen hasil perkebunan mereka. 
Kami yang tadinya takut-takut manjah, seakan terbakar api keramahan para warga desa. kami merasa sangat betah, meskipun selalu menghitung hari dan waktu kapan kita pulang di kalender. hehehehe…
Tiba-tiba aku teringat masa-masa itu. Masa-masa dimana aku bersama teman satu universitas menjalankan tugas kuliah yaitu kuliah kerja nyata. Saat itu kami mendapat tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota yang ramai. Desas desusnya daerah yang akan kami tempati itu sangatlah mistik. Kami semakin bertanya-tanya. “Apa iya?”
Saat itu aku bertanya kepada bang edu yang tidak lain adalah seorang anak MAPALA diuniversitasku. Dia menyarankan untuk berhati-hati dan kalau bisa kamu pindah aja deh ketempat lain. Aku semakin yakin bahwa tempat yang akan aku datangi bersama teman-temanku adalah tempat yang menjadi tantangan dan pengalaman yang sangat menarik, meskipun ketakutan menghantui.
Hari yang ditunggu-tunggu itupun telah tiba. Akhirnya kami sampai dengan capeknya di posko 16 (nama kelompok). Pertama dalam hayalan posko yang akan kami tempati adalah sebuah rumah warga yang tidak berpenghuni. Namun ternyata posko yang kami tempati itu adalah sebuah GOR tempat bermain bulu tangkis yang sering disebut dengan rumah gedag. Rumah gedag ini memiliki banyak fungsi yaitu tempat acara pernikahan dimana terdapat panggung sebagai tempat singgasana para mempelai yang menikah, sebagai tempat berkumpulnya warga disetiap ada acara adat, acara hari raya, dan lain-lain.
Tempat yang kami huni bukanlah dilapangannya melainkan dibagian belakang yang disekat. Cukup luas dan kami menyukainya meskipun kami tidak mengenal yang namanya kamar. Ahhh aku senang tapinya.
Kami bahagia karena suasanya sangat sejuk, sama seperti di kayu aro kerinci atau daerah puncak bogor. Semua beban proposal skripsi waktu itu lenyap dengan sendirinya. Kami menyebutnya dengan nama LIBURAN ALAYERS.
Pemandangan didaerah itu sangat asri dan menyejukkan. Pekerjaan para penduduk desa pada umumnya adalah bertani. Mulai dari kentang, sayuran, cabai, bawang, dan buah-buahan kecuali bertnam padi. Panoramanya juga menambah keceriaan kami. Seperti sisuguhkan pergunungan, air hangat, danau, perkebunan dan keikutsertaan kami dalam menanam dan memanen hasil perkebunan mereka.
Kami yang tadinya takut-takut manjah, seakan terbakar api keramahan para warga desa. kami merasa sangat betah, meskipun selalu menghitung hari dan waktu kapan kita pulang di kalender. hehehehe…