Selasa, 02 Maret 2010

sepasang sinar

Ayahku adalah seorang petani yang handal... Meskipun lampu penerang ayah tak seterang dulu lagi,namun ayah tak putus asa dengan keadaannya yang telah menjadi takdirnya.
Ayah sumber inspirasiku,,beliau tak kenal terik atau pun panas dalam masa dinasnya menjadi seorang petani. Ayah yang begitu berjiwa besar,menumbuhkan rasa cinta yang mendalam di jiwaku... Aku ingin kuat dan tegar sepertimu ayah? Namun,bisakah aku?
Ayah...aku selalu membuatmu terluka dengan ego dan keinginan yang tak dapat engkau penuhi. Sombongkah aku pada jejak kaki,peluh basah keringatmu...aku perempuan lumpuh dengan keringat derita orang yang menyayangiku.
TUHAN pun kini jijik padaku,yang tak pernah mengintip betapa Mulianya Dia.
Pikiran munafik bersarang di benakku,benak yang penuh dengan virus-virus dari kawan sejatiku "si peri jintak".
Beberapa lama sudah aku terkatung-katung dalam kesunyian yang tak pasti. Aku lelah kawan? Tapi,tidak ada yang mampu menyelami rasa lelah itu kecuali engkau AYAH.
Salahkah aku yang menginjakkan kaki di telapak tanganmu,ayah?
Engkau jijik padaku ,ayah?
Tapi,setelah ku berjalan melalui terowongan hembusan kasih sayangmu,aku tau engkau begitu berharga didalam hatiku.

Takkan ada yang pernah bisa menggantikanmu di dalam hidupku. Ayah...ingin aku berikan sepasang sinar untukmu sebagai rasa dan tanda cinta kasihku padamu. M...m...h...bagaimana caranya? Haruskah aku berikan sinarku padamu ayah?
Aku anak sulung dari empat bersaudara,aku sebagai panutan dan akan menjadi tulang punggung keluarga untuk membantu ayah dan ibu dalam menghidupi keluargaku.

TO BE CONTINUES