PELARUT ORGANIK
Sebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan. Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute).
Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.
Pada umumnya pelarut yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi.
2. Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.
3. Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat.
4. Pelarut harus mudah dihilangkan pada saat akhir dari reaksi.
Kriteria kedua adalah dengan menggunakan prinsip like dissolves like, dimana reaktan yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar. Dalam hal ini juga terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :
a. momen dipol
b. konstanta dielektrik
c. kelarutannya dengan air
Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik yang tinggi termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki momen dipol yang kecil dan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai nonpolar. Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar. Nilai momen dipol dan panjang dipol beberapa senyawa yang umum ditunjukkan pada Tabel di bawah.
Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol CH3OH, dan asam asetat (CH3COOH).
b. Pelarut Aprotik Dipolar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).
c. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).
Daftar Nilai Momen Dipol dan Panjang Dipol Beberapa Senyawa Umum
Nama Senyawa | Kondisi | Momen Dipol (1030·p/(C·m)) | Panjang Dipol (lp/pm) |
Acetic acid | b | 3.3 to 5.0 | 21 to 31 |
Acetone | l | 10.0 | 62 |
Benzene | l | 0 | 0 |
Ethanol | b | 5.7 | 35 |
Ethyl acetate | b | 6.2 | 39 |
Ethylene glycol | b | 6.7 | 42 |
Ethyl ether | b | 4.2 | 26 |
Hexane | l | 0 | 0 |
Methanol | b | 5.5 | 34 |
Water | l | 6.7 to 10.0 | 42 to 62 |
Water | g | 6.2 | 39 |
Keterangan : kondisi setiap senyawa diatas, dimana pengukuran dilakukan, ditandai dengan simbol; b, substansi dalam larutan benzene; g, substansi sebagai gas; l, substansi sebagai cairan. Panjang dipol lp adalah sama dengan p/e dimana p adalah momen dipol dan e adalah nilai dari proton.
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan.
Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
Tabel sifat-sifat pelarut umum
Solvent | Rumus kimia | Titik didih | Konstanta Dielektrik | Massa jenis |
---|---|---|---|---|
Pelarut Non-Polar | ||||
Heksana | CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 | 69 °C | 2.0 | 0.655 g/ml |
Benzena | C6H6 | 80 °C | 2.3 | 0.879 g/ml |
Toluena | C6H5-CH3 | 111 °C | 2.4 | 0.867 g/ml |
Dietil eter | CH3CH2-O-CH2-CH3 | 35 °C | 4.3 | 0.713 g/ml |
Kloroform | CHCl3 | 61 °C | 4.8 | 1.498 g/ml |
Etil asetat | CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 | 77 °C | 6.0 | 0.894 g/ml |
Pelarut Polar Aprotic | ||||
1,4-Dioksana | /-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-\ | 101 °C | 2.3 | 1.033 g/ml |
Tetrahidrofuran (THF) | /-CH2-CH2-O-CH2-CH2-\ | 66 °C | 7.5 | 0.886 g/ml |
Diklorometana (DCM) | CH2Cl2 | 40 °C | 9.1 | 1.326 g/ml |
Asetona | CH3-C(=O)-CH3 | 56 °C | 21 | 0.786 g/ml |
Asetonitril (MeCN) | CH3-C≡N | 82 °C | 37 | 0.786 g/ml |
Dimetilformamida (DMF) | H-C(=O)N(CH3)2 | 153 °C | 38 | 0.944 g/ml |
Dimetil sulfoksida (DMSO) | CH3-S(=O)-CH3 | 189 °C | 47 | 1.092 g/ml |
Pelarut Polar Protic | ||||
Asam asetat | CH3-C(=O)OH | 118 °C | 6.2 | 1.049 g/ml |
n-Butanol | CH3-CH2-CH2-CH2-OH | 118 °C | 18 | 0.810 g/ml |
Isopropanol (IPA) | CH3-CH(-OH)-CH3 | 82 °C | 18 | 0.785 g/ml |
n-Propanol | CH3-CH2-CH2-OH | 97 °C | 20 | 0.803 g/ml |
Etanol | CH3-CH2-OH | 79 °C | 30 | 0.789 g/ml |
Metanol | CH3-OH | 65 °C | 33 | 0.791 g/ml |
Asam format | H-C(=O)OH | 100 °C | 58 | 1.21 g/ml |
Air | H-O-H | 100 °C | 80 | 1.000 g/ml |
wew...
BalasHapusmantaffff
q jg dpet itu..
tp yg semi polar keq mno???
mak nyosssss....
BalasHapussmi polar kurang au ah... gelap... hehehe